Dunia

AS dukung transisi kekuasaan damai untuk pemerintahan baru Suriah

Washington (KLiCk) – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Minggu (8/12) mengatakan AS mendukung transisi kekuasaan secara damai menuju pemerintahan yang “bertanggung jawab” di Suriah melalui proses inklusif yang dipimpin oleh warga Suriah.

“Selama masa transisi, rakyat Suriah memiliki hak menuntut pelestarian lembaga-lembaga negara, dimulainya kembali layanan-layanan utama, dan perlindungan terhadap komunitas-komunitas yang rentan,” kata Blinken dalam sebuah pernyataan.

Menurut dia, rakyat Suriah “pada akhirnya memiliki alasan untuk berharap” setelah 14 tahun, seraya menambahkan bahwa penolakan rezim Assad untuk terlibat dan proses politik yang kredibel dan ketergantungannya pada Rusia dan Iran telah menyebabkan keruntuhannya.

“Kami akan mengawasi dengan seksama perkembangan yang terjadi dan bekerja sama dengan mitra kami di kawasan tersebut,” kata Blinken.

“Kami telah mencatat pernyataan yang dibuat para pemimpin pemberontak dalam beberapa hari terakhir, tetapi karena mereka mengemban tanggung jawab yang lebih besar, kami akan menilai bukan hanya kata-kata mereka, tetapi juga tindakan mereka,” lanjut Blinken.

“Kami kembali menyerukan kepada semua pihak untuk menghormati hak asasi manusia, melakukan semua tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil, dan menegakkan hukum humaniter internasional,” tambahnya.

Blinken juga memastikan AS akan mendukung upaya internasional untuk meminta pertanggungjawaban rezim Assad dan para pendukungnya atas kekejaman yang dilakukan terhadap rakyat Suriah.

Termasuk di antaranya penggunaan senjata kimia, serta penahanan tidak adil terhadap warga sipil termasuk jurnalis Amerika Austin Tice, yang menghilang 12 tahun lalu di dekat ibu kota Suriah, Damaskus.

Namun, Suriah selama ini membantah telah menahan Tice.

Setelah periode yang relatif tenang, bentrokan antara pasukan rezim Assad dan kelompok anti-rezim kembali terjadi pada 27 November di daerah pedesaan sebelah barat Aleppo, kota besar di Suriah utara.

Selama 10 hari, pasukan oposisi melancarkan serangan kilat, merebut kota-kota utama, dan kemudian pada Minggu, Damaskus. Kemajuan pesat, yang didukung oleh unit militer yang membelot, menyebabkan runtuhnya rezim Assad setelah 13 tahun perang saudara.

Sumber: Anadolu


Artikel Asli

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button