Bashar Al Assad tinggalkan Suriah saat pemberontak kuasai Damaskus
Antaranews (KLiCk) – Pasukan oposisi bersenjata pada Minggu (8/12) merebut kendali penuh atas Damaskus, mengakhiri kekuasaan keluarga Assad selama lebih dari lima dekade.
Keruntuhan yang begitu cepat dari pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al Assad itu menyusul serangan pemberontak yang intens selama kurang dari dua pekan.
Puncak dari kampanye ini adalah pengumuman dari pihak oposisi bahwa Assad telah melarikan diri dari Damaskus dan menyerahkan kekuasaannya.
Setelahnya pada hari yang sama, media pemerintah Rusia mengumumkan bahwa Assad telah mendarat di Moskow dan diberi suaka bersama keluarganya.
Kementerian Luar Negeri Rusia merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa Assad telah “memutuskan untuk menyerahkan jabatan kepresidenan dan meninggalkan negara tersebut, memberikan instruksi untuk memindahkan kekuasaan secara damai”.
Sementara itu di Suriah, pemimpin kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) Abu Mohammad Al Jolani yang memelopori serangan kilat tersebut menyebutkan bahwa Mohammad Ghazi Al Jallali, ditunjuk sebagai perdana menteri (PM) oleh Al Assad pada September lalu, untuk sementara akan mengawasi lembaga-lembaga publik.
Senjata-senjata yang ditinggalkan oleh tentara Suriah diambil oleh kaum muda. Kedutaan Besar Iran di Damaskus juga diserbu oleh para militan bersenjata.
Al Jolani menginstruksikan pasukan oposisi di Damaskus untuk menahan diri agar tidak mendekati lembaga-lembaga publik dan melarang pelepasan tembakan perayaan.
Al Jallali juga menyerukan agar warga Suriah melindungi fasilitas-fasilitas umum, seraya mengatakan bahwa fasilitas tersebut milik semua warga.
“Kami menghargai setiap warga Suriah yang berkomitmen untuk menjaga sumber daya negara,” ungkapnya dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.
“Suriah adalah milik semua warga Suriah, dan saya mendorong seluruh masyarakat untuk berpikir secara rasional tentang kepentingan terbaik bangsa”.
Komando militer pasukan oposisi memberlakukan jam malam mulai sore hari hingga keesokan harinya seraya mengeluarkan peringatan dan ancaman hukuman penjara terhadap para penjarah serta mereka yang melepaskan tembakan ke udara.
Di tengah pergolakan tersebut, Israel melancarkan serangkaian serangan udara yang belum pernah dilakukan sebelumnya, menghantam bekas situs keamanan dan militer Suriah di Damaskus dan Quneitra berulang kali dalam satu hari, menurut laporan setempat.
Beberapa dari serangan ini menyasar pos-pos dan fasilitas militer yang sudah ditinggalkan dan sebelumnya berkaitan dengan Divisi Keempat, yang kini telah dibubarkan, di dekat Damaskus.
Pasukan darat Israel juga dilaporkan masuk ke beberapa wilayah di Jabal Al Sheikh, mengambil alih pos-pos pengawasan lama tanpa perlawanan.
Sementara itu, Koalisi Nasional Suriah (Syrian National Coalition), sebuah aliansi kelompok oposisi yang dibentuk di pengasingan setelah pemberontakan pada 2011 melawan rezim Assad, pada Minggu bersumpah untuk terus berupaya melakukan perpindahan wewenang ke badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh, dengan tujuan untuk mewujudkan Suriah yang bebas, demokratis, dan pluralistis.
Artikel Asli