Dunia

Bom tandan terus jadi ancaman bagi warga sipil Lebanon

Beirut (KLiCk) – Lebih dari sebulan setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata Israel-Lebanon, warga sipil di Lebanon timur dan selatan masih merasakan derita akibat ledakan tertunda dari amunisi tandan yang ditinggalkan oleh tentara Israel selama konflik 14 bulan, ungkap media dan sejumlah pejabat Lebanon.

Mohammad Chehade (12) terluka parah akibat bom tandan di Desa Shabriha di Distrik Tyre, Lebanon barat daya, ketika sedang mengumpulkan barang bekas sehingga memicu kekhawatiran akan berbagai bahan peledak tinggalan Israel yang belum meledak, lapor Kantor Berita Nasional (National News Agency/NNA) Lebanon.

Mayor Jenderal Purnawirawan Abdul Rahman Shehaitli mengatakan kepada Xinhua bahwa tentara Israel menjatuhkan banyak bom tandan selama perang baru-baru ini dengan Hizbullah. Selain itu, bom tandan peninggalan Israel dalam perang pada 2006, yang gagal disingkirkan seluruhnya oleh militer Lebanon, juga masih mengancam.

“Penggunaan bom tandan oleh Israel kembali akan memperburuk bencana yang berulang ini di banyak wilayah Lebanon, dan mengancam makin banyak penduduk,” tutur Shehaitli.

Meskipun Israel mengakui menggunakan bom tandan selama perang dengan Hizbullah di Lebanon selatan pada 2006, klaim Lebanon bahwa Israel menggunakan bom tandan dalam konflik terbaru ini tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Xinhua.

Tentara Lebanon berada di Khiam, Lebanon, pada 12 Desember 2024. (KLiCk/Xinhua/Ali Hashisho)

Menurut Legal Agenda, sebuah organisasi penelitian dan advokasi nirlaba yang berbasis di Beirut, sepanjang November saja, negara Lebanon mendokumentasikan 15 serangan bom tandan yang tersebar di distrik Marjayoun, Nabatieh, Bint Jbeil, dan Jezzine.

Ketua Asosiasi Al-Ru’ya untuk Pembangunan, Rehabilitasi, dan Perawatan (Al-Ru’ya Association for Development, Rehabilitation and Care) Nasser Abu Latif mengatakan bahwa jangkauan kontaminasi amunisi tandan yang belum meledak masih belum diketahui. Dia menambahkan bahwa sejumlah lembaga sedang menunggu implementasi penuh dari kesepakatan gencatan senjata antara Lebanon dan Israel sebelum mereka dapat dengan aman memeriksa area-area yang terdampak dan memulai operasi pembersihan.

Meski gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada 27 November lalu, kedua belah pihak saling menuduh terdapat pelanggaran kesepakatan gencatan tersebut. Kendati intensitas serangan Israel di Lebanon telah berkurang, beberapa serangan masih menyebabkan korban di Lebanon selatan dan timur.

Hizbullah membalas setidaknya sekali, dengan menembakkan amunisi ke sejumlah area perbatasan pada awal Desember.

Gedung-gedung di Lebanon selatan hancur dalam foto yang diambil pada 27 November 2024. (KLiCk/Xinhua/Jamal Awad)

Wali Kota Yohmor, sebuah kota di Kegubernuran Nabatieh, Lebanon selatan, Samir Abbas mengatakan kepada Xinhua bahwa amunisi tandan tersebar di banyak rumah, kebun, dan pemakaman.

“Tim teknik tentara Lebanon sedang bekerja membersihkan bom-bom di dekat kota kami Husseiniya dan area-area terdampak lainnya,” tutur Abbas, seraya menambahkan bahwa penduduk diminta menghindari objek-objek yang mencurigakan dan melaporkannya kepada otoritas militer.

Wakil Wali Kota Zilaya di wilayah Bekaa bagian barat Karim al-Youssef mengatakan bahwa ini adalah kedua kalinya bom tandan berdampak pada kebun zaitun di desa tersebut sejak perang 2006.

Para petani zaitun mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka telah menerima peringatan dari militer Lebanon agar menghindari kebun-kebun tersebut karena bahaya persenjataan yang belum meledak, yang membuat ribuan keluarga kehilangan hasil panen mereka dan semakin membebani ekonomi Lebanon, yang sudah terpuruk akibat konflik berkepanjangan dan kemerosotan ekonomi selama bertahun-tahun.


Artikel Asli

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button