Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gorontalo Utara Ajuba Talib mengatakan Hari Pangan se Dunia lahir dari kesadaran bahwa masalah pangan bukan hanya tanggungjawab satu negara, melainkan masalah global yang memerlukan kerjasama internasional.
Peringatan ini resmi dirayakan sejak konferensi FAO ke 20 pada tahun 1979, dengan melibatkan lebih dari 150 negara anggota.
Tanggal 16 Oktober dipilih karena bertepatan dengan hari berdirinya FAO yang menjadi simbol kolaborasi dunia untuk mengatasi krisis pangan dan mendorong ketersediaan pangan yang merata.
Menghadapi situasi ini, FAO menekankan pentingnya pengelolaan air yang efisien melalui inovasi dalam pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan penggunaan air yang lebih bijaksana, kita bisa memproduksi lebih banyak makanan dengan sumber daya yang lebih.
Bagi daerah ini kata Ajuba, peringatan Hari Pangan se Dunia merupakan momentum menjaga kelangsungan produksi pangan dan kestabilan harga bahan pokok.
“Pemerintah daerah berupaya keras menjalin sinergi dan kerjasama dengan daerah bertetangga dalam menjaga ketersediaan pangan serta mencegah kenaikan harga yang dapat memicu terjadinya inflasi,” katanya.
Peringatan Hari Pangan se Dunia juga diwarnai dengan gerakan pangan murah yang menjual bahan pangan seperti beras lokal per kilo Rp12 ribu, beras SPHP per kilo Rp12.500, minyak kelapa per kilo Rp35 ribu, telur per bak (30 butir) Rp55 ribu, bawang merah Rp30 ribu, bawang putih Rp45 ribu, cabai rawit Rp60 ribu dan tomat Rp10 ribu.
Pihaknya juga mengampanyekan pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai sumber makanan seperti ubi-ubian, jagung, sayur dan buah-buahan.
Kegiatan tersebut dihadiri Dandim 1314 Letkol Inf Rayner D.R.Wajong, Kasie Datun Kejari Ravid Muhit, pihak Polres, para pimpinan organisasi perangkat daerah, camat dan kepala desa di Kecamatan Kwandang.***
Artikel Asli