Dunia

Implementasi kerja sama Indonesia-China butuh kesamaan pemahaman

Beijing (KLiCk) – Implementasi dari sejumlah kesepakatan kerja sama antara Indonesia dan China yang penandatanganannya disaksikan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Xi Jinping membutuhkan kesamaan pemahaman para pemangku kepentingan dari masing-masing negara.

“Dari kesepakatan-kesepakatan tersebut memang ada hal-hal baru, termasuk beberapa terminologi yang harus kami sosialisasikan lebih baik lagi kepada para stakeholders (pemangku kepentingan) baik dari Indonesia maupun China,” kata Wakil Kepala Perwakilan RI di Beijing, Parulian Silalahi di KBRI Beijing, China, Jumat (10/1), seusai acara “nonton bersama” Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM).

Parulian menegaskan hal itu karena tindak lanjut secara bilateral juga sangat ditentukan oleh masing-masing ‘stakeholders’ di dalam negeri, (apakah mereka) paham dengan baik atau tidak.

Sementara itu, dalam PPTM di Jakarta, Jumat, Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan bentuk diplomasi Indonesia tidak hanya responsif terhadap krisis, namun juga harus bersifat antisipatif, progresif dan visioner.

Dalam kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Beijing pada 8-10 November 2024 lalu, ditandatangani tujuh kesepakatan kerja sama bilateral.

Ketujuh kesepakatan itu adalah Protokol Persyaratan Fitosanitari untuk Ekspor Buah Kelapa Segar dari Indonesia ke China; Pedoman Kerja Teknis untuk Mempromosikan Perikanan Tangkap Berkelanjutan; dan Memorandum Saling Pengertian tentang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Biru.

Selain itu pemerintahan China juga sepakat untuk mendukung pendanaan program makan bergizi gratis dalam kesepakatan “Food Supplementation and School Feeding Programme in Indonesia”.

“Masing-masing negara, baik Indonesia maupun China perlu melakukan pendalaman pemahaman. Saya pikir ini juga yang disampaikan Pak Menlu Sugiono tadi yaitu diplomasi Indonesia akan lebih asertif, lebih ‘presence’, lebih proaktif, dengan China kami juga akan seperti itu,” tambah Parulian.

Parulian kembali menekankan pentingnya setiap pemangku kebijakan memiliki pemahaman yang sama dalam implementasi kerja sama.

“Karena perbedaan pemahaman itu yang dapat menjadi tantangan dalam menjalankan MoU itu dan sosialisasi itu yang akan kami lakukan mulai awal tahun ini,” ungkap Parulian.

Dalam pernyataannya, Menlu Sugiono, mengutip Presiden Prabowo Subianto yang mengambil pepatah kuno China yaitu ‘Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak’.

“Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia akan menempatkan diri di panggung dunia, sesuai dengan maruahnya sebagai sebuah negara besar, dan sebagai mitra terpercaya, serta tetangga yang baik. Diplomasi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, keberpihakan pada kesejahteraan rakyat, dan keadilan bagi semua,” kata Menlu Sugiono.

Dalam rangkaian acara PPTM tersebut, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun juga diumumkan sebagai pemenang “Digital Head of Mission”.

Dubes Djauhari diketahui memiliki sekitar 20 ribu pengikut di media sosial Instagram.


Artikel Asli

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button