Dunia

Mengupas alasan Kamboja namai sebuah jalan dengan nama Xi Jinping

Beijing (KLiCk) – Pepatah Kamboja mengatakan, “Di mana ada jalan, di situ ada harapan.” Pada Mei 2024, sebuah jalan di Phnom Penh dinamai “Bulevar Xi Jinping” (Xi Jinping Boulevard) oleh Pemerintah Kerajaan Kamboja (Royal Government of Cambodia) untuk menghormati kontribusi bersejarah sang presiden China terhadap pembangunan negara itu.

Pada 1965, mendiang mantan Raja Kamboja Sihanouk juga menamai sebuah jalan dengan nama Mao Zedong.

Dalam upacara penamaan jalan tersebut, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyoroti bahwa di bawah kepemimpinan dan upaya bersama antara Xi dan para pemimpin Kamboja, hubungan bilateral telah memasuki periode terbaiknya dalam sejarah.

Sejak 2013, kemitraan kerja sama strategis komprehensif China-Kamboja terus menguat berkat kerja sama praktis yang berkembang di berbagai bidang. Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), yang diusulkan oleh Xi telah memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan bersama dan manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Terletak di sepanjang Jalur Sutra Maritim kuno, Kamboja adalah salah satu negara pertama yang bergabung dengan kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra. Para pemimpinnya telah menghadiri ketiga edisi Forum Sabuk dan Jalur Sutra untuk Kerja Sama Internasional di China dalam beberapa tahun terakhir.

Selama bertahun-tahun, proyek-proyek utama BRI di Kamboja telah membuahkan hasil yang baik seperti Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville (Sihanoukville Special Economy Zone/SSEZ) telah menarik lebih dari 200 perusahaan dan institusi internasional dan menghasilkan 32.000 lapangan pekerjaan.

Jalan tol pertama di Kamboja, Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville, telah memangkas waktu tempuh antara kedua kota dari lima jam lebih menjadi kurang dari dua jam serta Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap telah membantu pariwisata Kamboja berkembang pesat dengan mengoperasikan 17 rute pada akhir tahun lalu.

“SSEZ, bersama dengan proyek-proyek unggulan BRI lainnya telah memainkan peran penting dalam membantu Kamboja mencapai target ambisius untuk menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas pada 2030 dan negara berpenghasilan tinggi pada 2050,” ujar Direktur Pusat Penelitian Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Kamboja Neak Chandarith.

Perdagangan dan perniagaan bilateral juga telah berkembang pesat. China telah menjadi investor asing sekaligus mitra dagang terbesar Kamboja selama beberapa tahun berturut-turut.

Dalam satu dekade terakhir, perdagangan bilateral telah meningkat hampir empat kali lipat, menurut data resmi. Perjanjian Perdagangan Bebas Kamboja-China (Cambodia-China Free Trade Agreement) dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) telah memfasilitasi ekspor produk-produk Kamboja seperti beras, pisang, kelengkeng, dan ikan basa ke pasar-pasar China.

Xi menganjurkan pendekatan komprehensif untuk kerja sama China-Kamboja. Itulah sebabnya mengapa dia berulang kali menekankan pentingnya kerangka kerja sama bilateral “segi enam berlian” (diamond hexagon), yang mencakup enam bidang utama, yaitu politik, kapasitas produksi, pertanian, energi, keamanan, dan pertukaran antar masyarakat.

Upaya-upaya itu telah memberikan dorongan baru untuk membangun komunitas Kamboja-China yang berkualitas tinggi, berlevel tinggi, dan berstandar tinggi dengan masa depan bersama di era baru, sebuah visi yang dijanjikan oleh para pemimpin kedua negara, demikian disampaikan Thong Mengdavid, seorang dosen di Institut Studi Internasional dan Kebijakan Publik di Universitas Kerajaan Phnom Penh (Royal University of Phnom Penh).


Artikel Asli

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button