Dunia

RI jajaki kerja sama pertambangan dengan Northern Territory Australia

Jakarta (KLiCk) – Indonesia dan pemerintah Northern Territory (NT) Australia mendorong penguatan kerja sama strategis dan penjajakan kolaborasi baru di bidang pertambangan melalui sebuah konferensi bisnis di Darwin, Australia, pada Jumat (2/5).

Menurut keterangan tertulis Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra di Jakarta, Sabtu, konferensi bisnis yang diselenggarakan bersama oleh KBRI Canberra, Konsulat RI di Darwin dan Pemerintah Northern Territory tersebut mempertemukan para pemangku kepentingan di sektor pertambangan dari kedua negara.

Menurut Duta Besar RI untuk Australia Siswo Pramono, pertemuan tersebut dapat membantu menjaga momentum kerja sama Indonesia dan Australia di bidang sumber daya mineral.

Dubes Siswo mengapresiasi peran Pemerintah Northern Territory dalam memperkenalkan peluang kegiatan pertambangan di wilayahnya, khususnya dalam aspek lingkungan, logistik dan budaya.

Otoritas NT juga telah menyelenggarakan kunjungan lapangan ke Proyek Emas Mt. Todd pada Kamis (1/5).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Dirjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Cecep Yasin menegaskan komitmen Indonesia mendorong kolaborasi di sektor mineral kritis dengan berbagai pihak, termasuk Australia.

Direktur Cecep turut menyampaikan kondisi kerja sama saat ini serta arah pengembangan kerja sama ke depannya dalam konferensi bisnis di Darwin tersebut.

Sementara itu, Menteri Perdagangan, Bisnis, dan Keterlibatan Asia Northern Territory Robyn Cahill menegaskan komitmen pemerintahan wilayahnya dalam memperkuat kemitraan dengan RI dan mendorong kerja sama di sektor pertambangan.

Ia menyatakan bahwa konferensi bisnis dan kunjungan lapangan ke Proyek Emas Mt. Todd dirancang untuk menunjukkan peluang dan potensi kolaborasi di bidang mineral.

Menurut keterangan KBRI Canberra, konferensi tersebut menjadi penutup rangkaian kunjungan bisnis kerja sama mineral kritis di Perth dan Darwin pada 29 April hingga Mei 2025 yang diselenggarakan pihaknya bersama konsulat RI di Perth dan Darwin.

Indonesia defisit

Data yang dihimpun KLiCk menyebutkan, pada 2024, nilai perdagangan antara Indonesia dan Australia mencapai sekitar 15,39 miliar dolar AS (sekitar Rp246,2 triliun dengan asumsi kurs Rp16.000 per dolar AS). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 23,39 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Rincian perdagangan 2024 adalah, ekspor Indonesia ke Australia sebesar 4,95 miliar dolar AS (Rp79,2 triliun), meningkat 55,99 persen dari tahun sebelumnya.

Sedangkan, impor Indonesia dari Australia sebesar 10,44 miliar dolar AS (Rp167 triliun). Dengan demikian, neraca perdagangannya, Indonesia defisit sebesar 5,49 miliar dolar AS (Rp87,84 triliun).

Komoditas utama ekspor Indonesia ke Australia adalah produk kerajinan, perabotan rumah, tekstil, pupuk mineral/kimia, aparatus televisi, minyak petroleum, perangkat telepon dan kayu.

Sedangkan impor Indonesia dari Australia adalah bahan bakar mineral, sereal (seperti gandum), logam mulia dan perhiasan/permata.


Artikel Asli

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button