Warga AS ucapkan selamat tinggal pada tahun polarisasi
New York City (KLiCk) – Meski diguyur hujan, dibatasi oleh langkah-langkah pengetatan keamanan, dan diminta menunggu selama berjam-jam, ratusan ribu orang yang bersuka ria memadati perayaan malam Tahun Baru di Times Square, New York City, Amerika Serikat, sebuah acara yang telah rutin digelar selama seabad terakhir, pada Selasa (31/12) malam waktu setempat.
Pemilihan kata polarisasi sebagai “Word of 2024”, kata tahun ini, oleh kamus AS Merriam-Webster dengan mudah diamini oleh orang-orang yang merayakan Tahun Baru di Times Square. Pada saat mengucapkan selamat tinggal pada tahun 2024, mereka juga ingin mengucapkan selamat tinggal pada polarisasi.
Polarisasi berarti jenis perpecahan yang sangat spesifik, ungkap Peter Sokolowski, editor lepas Merriam-Webster.
“Polarisasi berarti bahwa kita cenderung ke arah ekstrem daripada ke tengah,” kata Sokolowski.
Secara khusus, berbagai serangan sengit dan perpecahan di sepanjang garis partisan dan ideologis dalam pemilihan presiden (pilpres) membuat para pemilih begitu terpecah belah.
Jurang pemisah antara dua partai politik besar di AS terlihat jelas dalam wacana seputar ekonomi, kesehatan perempuan, dan imigrasi, sebut Yndira Marin, yang menjabat sebagai kepala operasional LLYC, sebuah perusahaan konsultan pemasaran dan urusan korporat global.
“Perpecahan politik saat ini telah meningkat menjadi kekuatan pemecah belah yang mengancam akan mengikis tatanan sosial (AS),” kata Marin dalam sebuah penelitian baru-baru ini.
Perbedaan-perbedaan mengenai pemerintahan dan identitas nasional ini mengubah cara warga Amerika memandang tetangga mereka, lembaga-lembaga mereka, dan legitimasi proses yang demokratis, Marin menambahkan.
Sellay Sadeq, seorang pengunjung dari Los Angeles, mengatakan bahwa dia tidak terlalu menyukai politik dan tidak terlalu terpengaruh oleh polarisasi. Liburan dan perayaan tradisional, seperti perayaan Tahun Baru di Times Square, dapat memberikan kesempatan untuk penyembuhan dan refleksi.
“Saya harap orang-orang bisa lebih damai tahun depan, terutama seperti di Los Angeles (ketika mereka mendapatkan hasil pemilu yang tidak mereka sukai),” ujar Sadeq.
Media memainkan sebuah peran dalam polarisasi masyarakat, ungkap Ken Wu, seorang warga Amerika keturunan China yang menuntut ilmu di sebuah universitas di New York City.
“Saya setuju bahwa orang-orang memiliki pemikiran yang saling bertentangan, dan banyak orang yang berada di sisi yang berlawanan. Namun, sejujurnya, saya merasa bahwa media terlalu membesar-besarkan hal ini,” sebut Wu.
Banyak orang yang tidak benar-benar terpolarisasi, tetapi, media membuatnya demikian, kata Wu, seraya menambahkan bahwa ketika media mengategorikan orang-orang ke dalam dua sisi yang berlawanan tanpa memberikan ruang bagi orang-orang di tengah, itu sangat berbahaya. Kendati demikian, Wu berkata bahwa dia tidak terlalu terpengaruh oleh politik karena menganggap dia sebagai orang yang netral.
Alieen Breadley, seorang desainer dari Brooklyn, New York City, mengungkapkan kekecewaannya atas pilpres 2024 dan pesimismenya terhadap prospek tahun depan.
“Bayangkan betapa terpolarisasinya negara ini ketika presiden kita berbicara tentang hal-hal yang ekstrem? Hal ini tentu saja memengaruhi kita secara pribadi. Demokrasi kita sedang dirusak. Jadi, saya rasa empat tahun ke depan akan makin buruk,” ujar Breadley.
Liburan dan perayaan tradisional, seperti perayaan Tahun Baru di Times Square, dapat memberikan kesempatan untuk penyembuhan dan refleksi.
Wu mengatakan kepada Xinhua bahwa harapannya untuk Tahun Baru ini adalah tetap sehat dan dapat menjaga rutinitas pergi ke pusat kebugaran.
Selain itu, Wu menyebutkan bahwa dia tidak yakin apakah polarisasi akan mereda pada 2025, tetapi dirinya berharap “orang-orang dapat memahami bahwa perpecahan muncul ketika ideologi dipaksakan kepada mereka dan mereka dicap sebagai pendukung satu pihak atau pihak lainnya”.
Artikel Asli